Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Perempuan

14 Januari 2019   13:33 Diperbarui: 14 Januari 2019   13:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.stocksnap.io

Demi mengejar perjalanan hujan, seorang perempuan rela menjual airmata, kepada musim panas yang bermukim di kepalanya.

Demi menghapus kerut di muka yang menunjukkan jiwa yang terluka, seorang perempuan mau mendidihkan waktu, yang memajang jam beku di dinding hatinya.

Demi menampung semua tempias kejadian, agar tak ada momen kenangan yang terlewatkan, seorang perempuan mengumpulkan remah-remah peristiwa, sekuat tenaga yang dia punya.

Demi mencapai pantai, tempatnya dulu merantai ratapan pada badai, seorang perempuan berani memasuki labirin pikiran, seorang pria yang pandai meramu kekacauan, sebagai jamuan makan malam.

Seorang perempuan, menuliskan keinginan, di kertas paling buram, di hari paling muram, dan nyala lampu paling suram, tapi keinginannya seterang matahari, sepanas api, sekuat-kuatnya rasa hati.

Jakarta, 14 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun