Demi mengejar perjalanan hujan, seorang perempuan rela menjual airmata, kepada musim panas yang bermukim di kepalanya.
Demi menghapus kerut di muka yang menunjukkan jiwa yang terluka, seorang perempuan mau mendidihkan waktu, yang memajang jam beku di dinding hatinya.
Demi menampung semua tempias kejadian, agar tak ada momen kenangan yang terlewatkan, seorang perempuan mengumpulkan remah-remah peristiwa, sekuat tenaga yang dia punya.
Demi mencapai pantai, tempatnya dulu merantai ratapan pada badai, seorang perempuan berani memasuki labirin pikiran, seorang pria yang pandai meramu kekacauan, sebagai jamuan makan malam.
Seorang perempuan, menuliskan keinginan, di kertas paling buram, di hari paling muram, dan nyala lampu paling suram, tapi keinginannya seterang matahari, sepanas api, sekuat-kuatnya rasa hati.
Jakarta, 14 Januari 2019