Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tiket Perjalanan

14 Januari 2019   11:21 Diperbarui: 15 Januari 2019   03:35 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi menabuh genderang, memaksa waktu segera siuman
dari dengkurnya yang berkepanjangan
masuk ke atas panggung kesibukan
orang-orang berangkat, ditelan kepadatan kereta
meringkuk, di perut mual bus kota
merajuk, di jalanan yang mampat oleh bertumpuknya rasa
berduyun-duyun seperti laron, mengejar titik-titik cahaya
menempuh perjalanan
menuju suar-suar yang menyala di kejauhan
entah itu harapan, atau kilau lampu kota kesiangan

Dalam kisahnya yang selalu berulang
keberangkatan, adalah fase menunggu waktu pulang
di antaranya, adalah kekosongan
yang diisi berbagai macam peristiwa
biasa, baik-baik saja ataupun istimewa
semua akan terlewatkan
sebagai segmen sederhana, yang mudah dilupakan
karena apa yang lebih mudah ditulis dalam kepala
adalah awal mula keberangkatan
dan titik akhir kepulangan

itulah hukum kehidupan
dalam memproses tiket perjalanan
menuju satu titik perhentian
;kematian

Jakarta, 14 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun