Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Liputan Rindu

13 Januari 2019   20:08 Diperbarui: 13 Januari 2019   20:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bagaimana meliput rindu, yang bertubi-tubi mengganggu
bahkan saat berusaha keras untuk menghindar, dengan menyebar kabar
rindu itu wajah lain dari kelu
dengan wangi bunga sepatu

saat tidur, terjaga, dan berjaga-jaga, dari sergapan rasanya
yang membabi buta
aku harus memasang alarm tanda bahaya
;hati-hati, sergapan rindu itu, berbahaya!

liputan rindu, di layar kaca
menawarkan muka berkaca-kaca
menyewakan ratapan, kepada pemirsa
sebagai bahan baku, berjualan rindu
sekaligus rasa ngilu

liputan rindu, di dunia nyata
sulit sekali dicerna
seperti buku-buku lama
yang halamannya usang, susah dibuka
tapi baunya sangat menggoda
untuk menghabiskan halamannya, selesai dibaca

Bogor, 13 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun