Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sarkasme Cinta

13 Januari 2019   14:23 Diperbarui: 13 Januari 2019   14:40 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagimu, duri-duri bisa dengan mudah dihiasi ronce kembang melati. Kau tuliskan dalam bait-bait puisi. Lalu kau hidangkan kepadaku yang sedang kelaparan kata-kata. Aku menelannya dan tersedak sepenghuluan jiwa.

Kau pintar menggambar cemara cantik di puncak bukit dengan ujung daun menyerupai badik. Kau kirimkan melalui hujan rintik. Sampai di hadapan jendela tempatku menitipkan mata. Gambar itu seperti belati bernyawa. Mencabik nyawa menjadi secarik busa.

Sarkasme cinta. Membawa tubuhnya mengembara. Mengendarai ujar-ujar zaman pertengahan. Ketika dunia sihir membawa prasangka berlebihan. Bakar! Bakar!

Dan aku memang terbakar. Dari ujung kepala yang dipenuhi kalimat barbar. Hingga alas kaki dari api. Aku mendadak merasakan sepi, menggantikan runutan detak nadi.

Hentikan! Atau aku akan menidurkan diriku yang jalang. Di padang ilalang. Di sana aku tak akan lagi menjumpai sarkasme cinta. Tapi nyenyak tertidur di pelukan luka.

Bogor, 13 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun