Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Rumi, Gibran, dan Emha Singgah di Kepala

13 Januari 2019   12:41 Diperbarui: 13 Januari 2019   13:20 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana ketika Rumi menyampaikan rintihannya sebagai tawanan dunia, aku lalu meraba-raba di mana letak rantai yang membelenggu mulut dan jiwa.

Ketemu! Ternyata aku dibelenggu waktu. Waktu yang mengajariku bagaimana cara menjadi pisau. Untuk mengiris risau. Dalam kesendirian. Menyayat kesunyian. Menjadi beberapa babak kegaduhan.

Tapi dia tak mengajariku bagaimana meredam keramaian. Di dalam pusarannya, kepalaku disandera. Persis seperti Rumi ketika menjadi tawanan dunia.

Juga saat Gibran menutup matanya untuk mengetahui apa yang tak terlihat. Aku coba sepakat. Aku ikut menutup mata. Juga telinga. Apa yang tak kulihat adalah cahaya. Apa yang tak kudengar adalah langgam kajian orang-orang membaca.

Jadi untuk apa aku menutup kedua indera? Di sinilah letak kegagapanku ternyata. Aku belum sampai di sana.

Begitu pula waktu Emha mengakui anaknya beribu-ribu. Sebagian besarnya tak pernah bertemu. Aku adalah salah satunya. Salah satu yang mengaku durjana.

Kedurjanaan yang terkadang menyihirku menjadi jagal. Atas pikiranku sendiri yang tersengal-sengal. Lama terjebak dalam kekakuan drama. Pun juga menghilang dari keluwesan segmen pada setiap sandiwaranya.

Mereka, mencoba hidup di kepalaku. Tapi aku, memilih membunuhnya satu-satu.

Karena pengertianku, lebih gagu dari batu yang bisu.

Bogor, 13 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun