Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peti Dewi Kematian

7 Januari 2019   13:30 Diperbarui: 7 Januari 2019   14:03 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Susan membalikkan tubuh. Sasaran berikutnya adalah Profesor Markam. Namun mulutnya yang buruk mengeriput mengeluarkan jeritan panjang dan nyaring saat Profesor Markam menancapkan sebilah pisau tepat di jantungnya.

Susan yang telah berubah sejak di hutan setelah dirasuki oleh ruh dewi kematian dalam peti itu terjatuh di lantai. Tubuhnya langsung terbakar hebat. Tidak butuh waktu lama tubuh itu akhirnya menjadi abu.

Profesor Markam tersenyum sadis sambil mengangkat kedua tangannya. Dipandanginya pisau kuno di tangan kanannya. Pisau ini tadi dimasukkannya dalam teko air untuk membuka kedok si pencuri kalung sekaligus membuka fase transformasi Susan menjadi dewi kematian.

Dia ikut minum tapi tak terpengaruh karena memegang pisau bertuah yang sanggup membunuh perempuan kuno berjuluk dewi kematian yang dulunya adalah ahli sihir hitam terkuat yang pernah ada di muka bumi.

Profesor mengalihkan pandangan ke tangan kirinya yang masih memegang kunci pintu ruangan ini. Jaka dan Desi tak sempat meloloskan diri karena pintu telah dikuncinya tanpa mereka semua menyadarinya.

Profesor Markam mengambil sebuah buku kumal dan usang dari balik jaketnya. Dibukanya halaman pertama buku yang bergambar peti batu dengan tulisan di atasnya. Lengkap. Tidak seperti di peti yang ditemukan karena sebagian tulisannya telah lapuk dimakan masa;

Hic cistam mortem. non aperire. inpensa IV dolor populus, vos mos adepto beneficia in sempiternum.

Ini peti dewi kematian. Jangan dibuka. Dengan mengorbankan 4 orang pandai, membukanya berarti kau akan mendapatkan manfaat menjadi abadi.

Kembali Profesor Markam tersenyum. Dia akan kembali muda. Tak lama lagi.

-----
Jakarta, 7 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun