Lampu-lampu jalanan itu, menyala bersamaanÂ
berbarengan pula dengan, saling bantah tak karuanÂ
di layar kaca yang kularang anak-anakku menontonnyaÂ
itu pertunjukan tong kosong yang nyaring bunyinya!Â
Apa sih yang dicari mereka? Menghamba sedemikian rupa. Menjadi cantrik yang sama sekali nggak cantik. Menjadi punggawa yang muka duanya dipamerkan kemana-mana.Â
Saling melempar kata. Padahal yang dilempar kotoran kuda. Duh Gusti, seandainya saja televisi ini diganti kartu remi. Tentulah tak segaduh ini.Â
Remang malam. Janganlah menjadi jahanam. Biarkan para pembayar pajak ini tenang.Â
Para bos media; kalau mau bikin acara, mbok ya o yang nggak ngrikiti isi kepala
atau jangan-jangan kau juga bos farmasi
supaya obatmu laku
kau buat tengkuk ini kaku
dududu...
Ayolah bos,
Besok hari minggu. Kami sudah bekerja penuh seminggu.
Berikan kami acara lucu. Bukan tampang-tampang gagu politisi penipu.
Pilih memilih itu sudah ada tanggalnya
tak usahlah pake ini itu segala
pusing bung!
perut juga jadinya kembung
menelan setiap larik kalimat yang bisa membuat otak kiamat
padahal isi dompet sudah nyaris tamat
Ini ricuh yang tidak menyenangkan, kawan
hentikan, atau aku ganti chanel ke acara yang lebih menawan
masak memasak, pancing memancing, orang-orang jualan guling
supaya tidurnya nggak miring
besoknya bangun mendadak sinting
Bogor, 5 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H