Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Paradoks di Puncak Malam

1 Januari 2019   12:06 Diperbarui: 1 Januari 2019   13:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ribuan kembang api pecah di belantara kota
menebarkan warna warni pelangi di langit malam yang berkunang-kunang
begitu megah seolah cahaya sedang menggambari angkasa yang mewah

di saat yang sama,
ribuan mata ternganga sambil memegangi perutnya
di pinggiran kota yang lepas dari peta
dingin dan lapar memasung keterpanaan mereka
pada perayaan yang menampilkan betapa negeri ini ternyata kaya raya

Demi sebuah ritual yang sama sekali tak sakral
demi sebuah tradisi yang sebenarnya tak dimiliki
orang-orang dipanggang lupa
terhadap sekeliling mereka
yang lebih butuh sebungkus nasi
dibanding pertunjukan mewah di malam hari

Jakarta, 1 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun