Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Serial Ekliptika, Capricorn

29 Desember 2018   11:01 Diperbarui: 29 Desember 2018   11:07 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com


Pada bumi bahumu bersandar
di batu delima hatimu menyamar

Tanah-tanah langka tempat bersembunyi, kau olah begitu rupa, membangun kerajaan kesuburan, bersama cacing-cacing penggali. Persembahan untuk para petani, yang di mata mereka tumbuh padi-padi.

Pada giliran tanah retak oleh kemarau, kau menyanyikan lagu-lagu tentang hujan. Menguatkan para petani menyingkirkan rasa putus asa, lalu mengaliri sawah mereka dengan airmata.

Saat bulir-bulirnya mulai berisi, kau datangkan angin kecil. Agar rahimnya tak terganggu hal-hal muskil. Kau bercita-cita besar. Para petani memanen bahagia benar-benar.

Kau begitu konservatif. Begitu patuh terhadap hal-hal normatif. Dalam hidup kau selalu berusaha menjauhi labirin. Sebuah tempat yang akan menyeretmu menjadi ronin. Kau menolak itu. Kau selalu bersekutu dengan waktu. Sebagai majikanmu.

Jakarta, 29 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun