Sembari menunggu kedatangan hujan. Di serambi depan. Kita saling mendandani hati. Melamunkan apa yang terjadi. Bila hujan datang apakah sunyi lalu berhenti.
Di tangan kita, tergenggam pendulum cuaca, yang membolak balik hati kita, dalam kekacauan rasa.
Hujan datang! Mengetuk setiap pintu rumah dengan cara luar biasa. Melalui tempiasnya yang sederhana.
Berikutnya kita menggabungkan kedatangan hujan dengan pendulum yang kita genggam. Ke dalam satu kesatuan pengertian. Hujan, adalah pertemuan yang dirindukan. Hujan, adalah rindu yang dipertemukan.
Kita saling bertukar pandang. Memperjual belikan pertanyaan. Menantikan masing-masing jawaban. Sembari menunggu hujan pulang. Setelahnya kita bersetuju untuk saling berbincang.
Entah apa.
Karenanya, kini giliran kita menunggu kata-kata.
Jakarta, 27 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H