Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mimpi yang Tersengal-sengal

25 Desember 2018   20:58 Diperbarui: 25 Desember 2018   21:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Seringkali nafas kota tersengal-sengal
tersedak udara buruk
yang diproduksi, pantatnya sendiri
Menyumpal lubang tenggorokan, hingga mampat
seperti botol vodka
kehilangan alkoholnya

Kota demi kota secara sukarela
menggali lubang-lubang kematian
dengan membangun besar-besaran, pekuburan
menggunakan tiang baja dan kotak kaca
agar terlihat seperti aquarium
untuk memamerkan jasad-jasad kemewahan
dari bangkainya yang diawetkan

Kota ini sesungguhnya sebuah serambi
tempat orang masing-masing membicarakan mimpi
menyudahinya sementara, ketika sore tiba
supaya bisa menghidupkan lampu
sehingga mimpinya tetap hangat
tidak membusuk difermentasi waktu

Mimpi-mimpi yang akhirnya juga tersengal-sengal
sebagai produk tidur yang gagal
karena bangun kesiangan
atau tidur kesorean
atau keburu mati kepagian

Jakarta, 25 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun