Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seandainya Pemilu Itu Gagu

23 Desember 2018   09:23 Diperbarui: 23 Desember 2018   09:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : shutterstock.com

kita terpanggang kehendak. Terhadap orasi menghentak-hentak. Di layar televisi yang mengiklankan wajah-wajah cantik dan tampan yang mondar mandir memamerkan cara berdandan; pilihlah aku teman. Kita nanti akan berkawan.

otak kita lantas dimampatkan kepercayaan. Disodorkan pada pilihan yang membingungkan. Karena kita tak tahu apa-apa. Apa yang kita tahu hanya sampai pada cantik dan tampan saja; iklan itu membuat kita tersesat jalan. Tanpa tujuan pulang.

janji-janji meluncuri jalanan, lapangan dan pikiran. Berupa gula-gula yang menggiurkan. Air liur kita tumpah. Mata kita basah. Betapa hebatnya janji itu. Benar-benar membuat kita begitu terharu.

sementara itu lini masa saling bertengkar. Bertukar ucapan barbar. Menggiring kita pada ketakutan yang tak perlu. Kita lalu tersedu. Duh gusti, seandainya saja pemilu itu gagu.

tentu tak perlu kita saling melempar batu....

Jakarta, 23 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun