kita terpanggang kehendak. Terhadap orasi menghentak-hentak. Di layar televisi yang mengiklankan wajah-wajah cantik dan tampan yang mondar mandir memamerkan cara berdandan; pilihlah aku teman. Kita nanti akan berkawan.
otak kita lantas dimampatkan kepercayaan. Disodorkan pada pilihan yang membingungkan. Karena kita tak tahu apa-apa. Apa yang kita tahu hanya sampai pada cantik dan tampan saja; iklan itu membuat kita tersesat jalan. Tanpa tujuan pulang.
janji-janji meluncuri jalanan, lapangan dan pikiran. Berupa gula-gula yang menggiurkan. Air liur kita tumpah. Mata kita basah. Betapa hebatnya janji itu. Benar-benar membuat kita begitu terharu.
sementara itu lini masa saling bertengkar. Bertukar ucapan barbar. Menggiring kita pada ketakutan yang tak perlu. Kita lalu tersedu. Duh gusti, seandainya saja pemilu itu gagu.
tentu tak perlu kita saling melempar batu....
Jakarta, 23 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H