Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masa Lalu

20 Desember 2018   02:20 Diperbarui: 20 Desember 2018   02:23 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengeringkan masa lalu? Itu mungkin pilihan. Tapi menghanguskannya sama sekali? Itu melanggar ketentuan.

Ketentuan yang dibuat oleh kesepakatan antara cermin dan rasa ingin. Cermin yang memantulkan bayangan secara presisi. Ingin yang berusaha keras untuk menjadikan nyata pada setiap kehadiran ilusi.

Pada masa lalu, selalu tersedia jejak-jejak bisu yang sanggup bercerita dengan sebenarnya. Utuh maupun porak-poranda. Sesungguhnya tak mengapa. Masa lalu adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah yang lelah. Jangan sampai punah.

Masa lalu yang punah akan membawamu pada masa depan yang selalu gelisah.

Kamu hanya akan menjadikan hari ini patah.

Jakarta, 20 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun