Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Cemara Dijatuhi Purnama

20 Desember 2018   00:00 Diperbarui: 20 Desember 2018   00:11 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku ada di sana. Memandangi dengan sorot mata serupa senja. Menua.

cahaya itu hanya berupa serpihan tak seberapa. Sedangkan cemara mirip sekali dengan tonggak tua. Dunia ini sedang mengalami kesakitan apa?

semestinya. Ketika purnama menjatuhi cemara, malam akan banyak mempersembahkan ritual kata-kata. Tapi yang ada, langit menjatuhkan diri dengan sia-sia. Tanpa bisa bergaya bahasa.

ini seperti mimpi buruk bagi seseorang yang sama sekali tak ingin tertidur. Namun tiba-tiba jatuh mendengkur.

terlelap sejenak untuk menikmati khayalan yang gagal. Setelah berhasil meninggalkan asa yang terlalu cepat tanggal.

jika cahaya purnama ternyata cuma jadi sekedar maskara. Kita benar-benar perlu wajah yang tepat untuk mendandaninya.

Jakarta, 19 Desember 2018
 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun