Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wajah Doa

17 Desember 2018   17:34 Diperbarui: 17 Desember 2018   17:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

beberapa pendoa mendapat jawaban. Bahkan sebelum lidahnya selesai menggumam. Beberapa yang tidak lalu menyimpulkan, Tuhan pergi menjauh. Rikuh terhadap segala kehendak yang seringkali berniat rusuh.

doa-doa yang terlanjur mengangkasa. Berpapasan dengan doa-doa yang menuruni tangga. Saling bertanya;
seberapa lama doa-doa akan sampai kepada Tuhannya?
seberapa jauh jarak yang harus ditempuh hingga tiba melempar sauh di kediaman Tuhan yang teduh?
kenapa doa-doa turun kembali, apakah doa-doa juga bisa diminta pergi?
seperti apa rupa doa-doa yang dikabulkan dan seperti apa muka doa yang digagalkan?

pertanyaan saling bersilangan. Tanpa jawaban. Doa-doa saling berlaluan. Satu melanjutkan perjalanan. Satu lagi berjatuhan.

di antara sekian banyak doa
memohon hal-hal yang begitu sempurna
melepaskan pinta yang tiada tara
tetap saja kita bermuka dua

Jakarta, 17 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun