aku mengingatmu, dari wangi bunga sepatu
seperti ingatan hujan, terhadap kemarau, yang selalu mengejarnya
tanpa peringatan
kau berdiam lama, di sini
di kedalaman hati
sebagai penghuni tetap, namun belum menetap
karena badai sedang bermata gelap
aku mengingatmu, dari ronce bunga melati
seperti ingatan tanah, terhadap hujan, yang memandikannya
tanpa kain kafan
kau adalah penghuni, di sini
di dalam setiap perhentian mimpi
sebagai skenario drama, namun belum dimainkan
karena panggung masih berantakan
aku mengingatmu, dari sandyakala tak biasa
seperti ingatan akar, terhadap tanah, yang menggenggamnya erat
secara luar biasa
penuh cinta
Jakarta, 12 Desember 2018
I
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H