Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kalimat yang Diwariskan Hujan

3 Desember 2018   19:16 Diperbarui: 3 Desember 2018   19:19 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merangkum keseluruhan kalimat yang diwariskan hujan. Di pelataran, pemakaman dan pikiran lengang. Kalimat itu seperti jalinan serat yang dituang dalam sebuah surat. Bukan wasiat. Hanya serangkaian pesan hikmat.

Pesan tentang pelataran yang kuyup tergenang, untuk mengeruhkan kenangan agar tak banyak membuat bulu tengkuk meremang. Kau seorang pemenang, jadi untuk apa meratapi perginya sepotong bintang. Sedangkan di tanganmu tergenggam harapan yang setara dengan jutaan cahaya kunang-kunang.

Pesan juga pada pemakaman yang belum sempat menggali banyak lubang sementara jenazah berbaris rapi dalam keadaan mati. Berikut juga duri-duri. Tumbuh meruyak di kedalaman hati. Mengingat apa saja yang laknat. Sebelum penguburan diselesaikan dengan penuh siasat.

Pada pikiran lengang. Kosong dan sama sekali tak berusaha berdendang. Tak ada lagu-lagu penghiburan untuk para pesakitan yang berdiam di kepala. Yaitu pikiran yang berlagak lupa. Juga lupa yang pura-pura dipikirkan. Supaya terlihat itu adalah perhatian. Dari potongan masa silam yang mengganjal. Kepada masa depan yang terlihat janggal.

Semua kalimat warisan telah diurai. Namun rupanya masih juga belum usai. Ada lagi pesan dari hujan yang menunggu dilahirkan. Warisan pesan masih akan terus berdatangan. Selama cuaca tidak terus-terusan dijungkir balikkan.

Bogor, 3 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun