Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Saat Khayalan Terantuk Batu

25 November 2018   07:34 Diperbarui: 25 November 2018   07:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ketika spektrum gelap mendominasi angkasa
warna-warna kemudian pecah dengan sendirinya
bukan tanpa alasan jika aku pilih biru
karena langit adalah arah mataku menuju
karena laut adalah arah perahuku melaju

dari semua keonaran yang pernah terjadi
ketika hati dikuasai pilihan
berkabung atau berkubang
pada masa silam atau kenangan
pilihan malah berhenti
pada keinginannya sendiri

sajak-sajak lalu meminum tuak
sehingga kalimatnya enggan untuk tegak
sempoyongan berpegangan
pada majas yang memabukkan

puisi-puisi menyesap habis wiski
lupa pada kopi
terhuyung-huyung dengan wajah murung
dimanakah gerang maknanya tersandung

si penulis merobek helaian kertas terakhir
merasakan betapa mudahnya menjadi pandir
ketika khayalannya terantuk batu
di langit yang menenggelamkan warna biru

Bogor, 25 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun