Jika pada suatu ketika, kau berjumpa denganku di saat aku sedang meminang malam. Menjadikanya permaisuri atas gugusan bintang. Ijinkan aku mengajakmu serta. Menyiapkan peraduan bagi mereka.
Jika pada suatu ketika, kau menemuiku di saat aku sedang menimang kelam. Membesarkannya dengan baik-baik agar kelak tumbuh menjadi rumah terbaik, bagi ngengat, kejora dan kunang-kunang. Ikutlah denganku merawat mereka. Menjadi ibu bagi mereka yang juga mencari surga.
Jika pada suatu ketika, kau melihatku terjerembab dalam sebuah genangan, yang diaduk oleh derasnya hujan dan tipisnya keraguan, kau boleh menyumpahiku dengan bahasa burung gagak terhadap kabar yang menyebutnya sebagai pengabar kematian.
Jika pada suatu ketika, kau mendengarku mengeluh kenapa malam terbentuk dari potongan nada dan lagu sunyi, ingatkan aku untuk menyudahi. Itu semua perkara hati. Bukan tentang meratapi kepedihan diri.
Cukup saja semua tentang jika. Kita tak lagi sedang berandaikata. Sebab ternyata kau ada di sampingku. Bersama-sama menjejaki perjalanan waktu.
Bogor, 24 Nopember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H