Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Mana Cinta Bertempat Tinggal?

22 November 2018   20:19 Diperbarui: 22 November 2018   20:53 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya sedikit guncangan. Itu cukup untuk memperbaiki keraguan. Bahwa langit sudah cukup mengerti. Dalam birunya rindu pastilah terselip duri. Tak apa. Semuanya akan baik-baik saja. Selama duri-durinya tidak menari di atas luka.

Aku menulis sebuah catatan di atas tiga puluh ribu kaki. Seandainya tidak hanya kapas ditanam di sini. Tapi juga bunga-bunga yang pada tangkainya bertumbuhan gelak tawa. Tentu langit tak akan selalu terjerembab dalam duka.

Berbela sungkawa atas cinta yang kadang sulit menemukan tempat tinggal. Oleh karena berbagai perihal. Kekuatannya tanggal, keyakinannya tertinggal, atau bahkan keberaniannya mendadak berubah janggal.

Di manakah sebenarnya cinta bertempat tinggal? Jika itu di hati, kenapa banyak orang patah hati. Jika itu dalam jiwa, kenapa banyak orang menjadi gila. Jika itu di mata, kenapa banyak orang membuta, lantas membabi buta, menyebut cinta sebagai pendatang gelap semata.

Pematang Siantar, 22 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun