Kali ini. Di sore yang berjejal-jejal. Kota besar ini mendadak binal.
Disusupkannya cerita tak senonoh di gawai bapak yang sedang tekun menjelajahi pasar bursa. Bapak itu langsung menutup pasar bursanya.
Disisipkannya gambar nyaris telanjang di gawai seorang anak sekolah yang sedang belajar persamaan matematika. Kontan anak itu membuang aplikasi matematikanya.
Sore yang pejal memasuki malam yang gatal.
barisan paha mulus terpajang halus. Di stasiun dan halte yang sedang sibuk mendandani dirinya dengan pelajaran tentang akhlak. Sebagian besar pandangan mata lantas menunduk. Agar tepat sasaran. Tidak kehilangan manisnya penglihatan.
Peradaban cukup brutal untuk mengajarkan banyak hal nakal.
tidak lagi memandang usia. Karena peradaban sudah demikian renta. Terbungkuk-bungkuk. Terbatuk-batuk. Menunggu ajal datang. Tapi justru malah semakin jalang.
Jakarta, 21 Nopember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H