----
Sin Liong sengaja menutup tokonya lebih awal. Ada hal penting yang harus dikerjakannya malam ini. Tapi sebelumnya dia harus bertemu dengan Raja dan Citra.
Dengan mengenakan setelan ringkas berwarna hitam, Sin Liong bertamu ke rumah di seberang tokonya yang ditempati Raja dan Citra. Mengetuk pintunya pelan dengan irama ketukan tertentu. Pintu terbuka cepat dan Sin Liong menyelinap masuk dengan tak kalah cepat.
"Puteri, malam ini aku akan kembali mengintai bukit Bubat. 3 hari yang lalu aku menemukan sesuatu yang menarik. Memang aku belum berhasil masuk tapi padepokan itu sekarang ramai sekali didatangi oleh orang-orang entah darimana. Mereka sepertinya hendak mempersiapkan sesuatu. Aku juga belum jelas benar apa itu," Sin Liong lalu menjelaskan semua yang telah dilihatnya dari hasil pengintaiannya.
Citra mengangguk-angguk mendengar cerita Sin Liong. Mereka memperkuat penjagaan sekaligus hendak mengadakan ritual penutupan gerbang waktu. Citra yakin dengan hal itu. Apakah mereka berhasil mendapatkan Manuskrip Kuno yang menjadi kelengkapan ritual Penutupan? Citra bertanya-tanya dalam hati.
Raja yang sedari tadi menyimak, paham sekali apa yang sedang berkecamuk di pikiran Citra. Citra seperti sebuah buku yang halamannya terbuka di hadapannya sehingga mudah terbaca. Jika sampai gerbang waktu itu tertutup, Citra pasti sangat kecewa. Cita-citanya kembali akan hancur berantakan. Memperbaiki kejadian tragis yang membuatnya juga mati secara tragis.
"Kali ini aku ingin mengajak Raja, Puteri. Dia harus mulai tahu jalan menuju ke sana sekaligus mencari cara terbaik untuk memasuki padepokan yang sekarang mirip sekali dengan benteng," Sin Liong menatap Citra. Menunggu keputusannya.
"Iya Sin Liong. Ajaklah Raja. Dialah nanti yang bisa mengajakku memasuki gerbang waktu. Dia harus paham semua seluk beluk bukit Bubat sebelum membawaku bersamanya. Ulurlah waktu. Buatlah sesuatu agar ritual penutupan gerbang waktu itu tidak terjadi dalam waktu cepat."
Sin Liong mengiyakan. Memberi isyarat kepada Raja agar bersiap-siap.
----
Feng Siong dan Hoa Lie siuman dengan perasaan tidak karuan. Pengaruh asap memabukkan itu masih terasa. Kepala mereka pening. Apalagi saat membuka mata hanya ada kegelapan. Rupanya mereka dikurung di suatu tempat gelap tanpa penerangan.