Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rintik Hujan

13 November 2018   12:28 Diperbarui: 13 November 2018   12:37 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

rintik pertama hujan , pagi ini
mengingatkan aku, pada rintik terakhir hujan, bertahun lalu
ketika kau menadahkan tanganmu, menjadi peminta-minta cinta
kepada Pemiliknya
namun Dia memilih berdiam saja

rintik terakhir hujan, pagi ini
membuatku ingat, pada rintik pertama hujan, bertahun lalu
saat itu kau menjadi penguasa, atas cinta
lalu membuangnya begitu saja
karena kau kira itu semacam bisa

rintik hujan terakhir dan pertama
adalah saksi utama, yang kau siksa
dengan pertanyaan, yang tak perlu ditanyakan
mencari jawaban, yang belum juga ditemukan
karena kau sendiri, menjelma jadi rintik hujan

Kuantan Singingi, 13 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun