Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Ini Semua tentang Luka

11 November 2018   14:00 Diperbarui: 12 November 2018   16:37 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Demi sebuah luka yang belum tersembuhkan, seorang perempuan rela membasuh hatinya dengan rendaman hujan. Di dalam rahasia hujan, terdapat partikel-partikel tak kasat mata yang sebagian besarnya adalah keping-keping mimpi dan harapan.

Demi sebuah mimpi dan harapan yang pernah sekali dimakamkan, seorang perempuan membuang potongan kecil batu nisan. Ada namanya di situ. Ditulis menggunakan ujung paku. Ngilu.

Demi sebuah rasa ngilu yang mengikutinya setiap kali berusaha berbahagia, seorang perempuan menyemai bibit matahari di hatinya. Bersiap membakar rasa sakit. Jika kemudian mendatanginya lagi dengan cibirannya yang pahit.

Ini semua tentang luka. Robekan kecil menganga yang meneteskan serpihan jiwa. Setelah dilepuhkan rasa panas goresan atau tikaman. Dari berbagai macam kenangan. Atau mimpi yang dicerai-beraikan persinggahan tak terduga. Atau harapan yang dimampatkan musim beku yang datang tiba-tiba.

Bogor, 11 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun