Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cemburu] Akhirnya Menjadikanku Beku

4 November 2018   10:11 Diperbarui: 4 November 2018   10:33 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mendung, kau tadi begitu ganas menghujaniku bertubi-tubi. Sudah seharusnya kau melakukan hal yang sama kepada mereka. Mereka berniat merebut purnama. kau sadar itu?"

Angin dan mendung saling berpandangan. Bersepakat pada satu hal. Keduanya kembali beraksi. Cumulonimbus pekat secara tiba-tiba menguasai langit yang telah memudarkan gerhana dan mengembalikan tubuh purnama pada tempatnya semula.

Mendung pekat itu mengeluarkan pekikan-pekikan keras berupa guntur dan hujan. Jauh lebih keras dari apa yang telah dilakukannya padaku tadi. Mungkin karena ini untuk menghajar banyak orang, pikirku.

Sedangkan angin membesarkan tubuhnya menjadi raksasa. Badai serta-merta menguasai suasana. Pohon-pohon besar yang sudah renta bertumbangan. Tiang-tiang listrik saling melilit dengan kabelnya. Atap-atap rumah beterbangan. Badai sebesar ini pasti bisa mengusir mereka, girangku.

Semua orang bubar berlarian. Lupa pada cintanya terhadap purnama. Masing-masing berusaha menyelamatkan diri. Berteduh dan berlindung di tempat-tempat yang sekiranya kokoh dan kuat. Aku semakin senang. Aku berhasil mengadu domba mereka atas nama cinta.

Tak lama lagi begitu hujan berhenti dan badai mati, aku akan kembali menguasai.

Aku tersenyum dengki. Tapi bibirku tak bergerak sama sekali. Aku mau tertawa terbahak-bahak, namun mulutku sulit sekali terbuka. Aku ingin menari-narikan kemenangan, tapi tubuhku begitu kaku. Aku tak sanggup melakukan apa-apa. Nafasku telah membeku.

Hipotermia mengantar semua cemburuku dalam kematian yang gagu.

Bogor, 4 Nopember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun