Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Tak Perlu Ijinku

31 Oktober 2018   06:47 Diperbarui: 31 Oktober 2018   06:46 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tak perlu meminta ijin kepadaku. Jika kau ingin menyirami pagi dengan limpahan wangi kemangi. Cukup petikkan satu helai daunnya, seduh dalam air sehangat tatapan cahaya terhadap paginya, letakkan di meja teras, tempat kita semalam berdebat tentang aras.

aku akan menyesap sebaik-baiknya tata cara. Itu cukup dan aku tak akan banyak bicara.

aku mengijinkanmu. Menambal harapan lama yang dirobek paksa. Menjadi harapan baru yang bisa kau kenakan saat hari raya. Nanti. Ketika aku sudah selesai menabuh genderang peperangan atas matinya mimpi. Menjadikannya hidup kembali.

kau tak perlu ijinku. Apabila mau berdansa dengan kupu-kupu, di bawah teriknya waktu, yang memanggang cita-cita, sehangus roti sarapan di pagi buta, sebab saat memasaknya, tanpa penerangan pelita.

sisakan untukku. Apapun yang kau sebut impian. Kita bisa berbagi kerinduan. Sebelum bersama-sama menguburnya di bawah guyuran hujan. Itu yang dinamakan rindu tak berakhiran.

Jakarta, 31 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun