Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lebur

27 Oktober 2018   23:44 Diperbarui: 27 Oktober 2018   23:53 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

malam lebur bersama gelapnya. Menunda sementara mimpi yang sedianya datang. Antri di halaman belakang. Sementara di halaman depan, segala macam bentuk harapan, berjajar rapi menunggu panggilan.

orang-orang sudah menanti dan berangan. Menanti mimpi terbaik dan berangan harapan tak jungkir balik.

di balik purnama yang sedang bertapa. Bintang-bintang lebur bersama rasinya. Menunggu perintah untuk meramal kejadian-kejadian di semesta. Termasuk juga berapa hitungan usianya.

usia langit, bumi dan lubang hitam memang sudah ditentukan oleh Pemiliknya. Tapi bisa saja mati muda. Jika tubuhnya digerogoti niat buruk, atau bunuh diri karena sudah tak tahan lagi. Akibat patah hati.

semua karena ulah gegabah. Manusia yang berkeinginan menjadi lebah. Hanya saja terlalu banyak menyuntikkan bisa. Lupa kalau langit dan bumi pun bisa binasa.

gelap kini lebur bersama keutuhan hitam. Tak ada kunang-kunang berkeliaran. Berbagi kemolekan. Mungkin bukan musimnya cahaya. Atau cahaya malah sudah lebih dulu membunuh dirinya.

Bogor, 27 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun