Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Perayaan Hujan

25 Oktober 2018   22:30 Diperbarui: 26 Oktober 2018   14:37 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menjadi saksi atas berlangsungnya sebuah peristiwa
ketika irama hujan membentur aspal
seperti marching band berparade
saat perayaan kemerdekaan atas telah diucapkannya cinta
dari daun kepada akar kekasihnya
serta tatapan penuh kasih yang manis
dari tanah retak terhadap kehadiran gerimis

hujan tidak selalu bermakna kedatangan
namun bisa pula berarti kepulangan
dari para perantau yang pergi memanjat langit
lalu menjatuhkan diri untuk membebat rasa sakit
atas gerah, marah dan rasa kehilangan
bagi segala sesuatu yang disebut perpisahan

pada sebuah kejadian
hujan dirayakan secara berlebihan
oleh sungai-sungai yang meluapkan dirinya
oleh danau-danau yang menenggelamkan tepiannya
oleh lautan yang mendidihkan kabut
oleh orang-orang yang berniat menyembunyikan sejumlah luput

pada suatu rencana
hujan dirayakan secara sederhana
bagi mereka yang paham betapa tercekiknya kerongkongan
saat kehausan
mengambilnya cawan demi cawan
lalu membasahi lidah secukupnya
agar ludahnya tak lagi membusakan bisa

Medan, 25 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun