Aku sedang menggambar detail pagi. Sambil mencermati ujung mimpi. Kau ada di keduanya. Pada pagi kau adalah embun tempatku berkaca. Dalam mimpi kau menjadi kaca tempatku mengembunkan rasa.
Sepasang burung melintas terburu-buru. Hinggap sejenak di goyangan pucuk cemara. Lalu melesat secepat kilat ke dahan kamboja. Kau ada di keduanya. Di pucuk cemara kau tengadah mensyukuri birunya langit. Di dahan kamboja kau terpekur terhadap kepedihan bumi.
Rumput dan kolam di halaman rupanya sedang bercanda. Bertaruh mana yang lebih dulu kau sapa. Begitu kau membuka pintu jendela. Ternyata kau menyapa keduanya. Secara bersamaan. Pada rumput kau lambaikan mata. Pada kolam kau lempar kerlingan saga.
Aku duduk menunduk. Mengingat seperti apa suara burung dekuk. Mengantar heningnya malam pada misteri kegelapan. Kau ada di keduanya. Pada malam kau menitipkan harapan. Pada kegelapan kau membuang jauh siksaan kenangan.
Aku mengambil sehelai kertas buram dari lembaran buku terbuka. Menuliskan cuaca sempurna di pagi yang bersahaja. Kau ada di keduanya. Sebagai puisi cinta. Sekaligus sajak penawar luka.
Bogor, 30 September 2018