Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Ini Terbuat dari Apa?

28 September 2018   17:27 Diperbarui: 28 September 2018   18:09 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pikir mungkin kau dipahat dari patahan pualam.  Secercah saja senyuman, kau sanggup mendidihkan malam. Sedikit lagi tambahan celcius, pupus sudah yang disebut keindahan lintang kemukus.

Tentu saja aku sebelumnya tak paham.  Ternyata kau memang sulingan nilam.  Wangimu lekat pada tilam.  Tempat kita menidurkan harapan.  Agar terbangun dalam bentuk kenyataan.

Kesinilah sebentar. Kita bertukar kelakar. Tentang lelucon tak lucu langit yang mendadak ungu. Lebam setelah dilempar bunga sepatu. Oleh orang-orang yang berteriak minta hujan. Tapi yang dikirimkan justru bunga-bunga kapas berjatuhan.

Bunga-bunga kapas itu membentuk salju di rambutmu.  Kau seperti terbuat dari perunggu.  Di sebuah etalase yang khusus memajang manekin rindu.

Dari kemungkinan apalagi kau terbuat? Anyaman kata sepakat? Bahwa bulan terantuk pada bibirmu yang memucat? Lalu terjatuh lintang pukang memeluk keinginanmu yang memadat?

Untuk yang ini, aku juga ikut sepakat.

Aku rasa. Kau ini terbuat dari lusinan kata-kata. Berjajar di antara barisan tentara terrakota. Mengacungkan tombak tajam siap menikam. Dengan kalimat-kalimat yang kau suapi kehangatan hati suam-suam.

Untuk yang ini, aku tangkupkan kedua belah tangan.

Kau ternyata terbuat dari kesungguhan.

Bogor, 28 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun