Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Hujan Tiba Berikut dengan Kemasannya

23 September 2018   18:03 Diperbarui: 23 September 2018   18:22 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hatiku sedang berdebaran di hadapan laut yang berdeburan. Gelombangnya meminta air agar semakin tinggi. Dia hendak menyapu kesunyian dengan bunyi-bunyian. Sunyi mesti hengkang atau dia yang nantinya akan lekang.

Hujan tiba dengan segala kemasannya yang mulia. Suara, tak ada orkestra sebagus paduan suara hujan. Partitur yang dibuat di surga, dikirimkan ke dunia agar bisa membuat bahagia. Terutama bagi hati yang mengering, dedaunan yang menguning dan retakan tanah yang berdenting.

Mataku melakukan perjumpaan dengan pertemuan. Yaitu air yang mengaliri jalanan seperti pawai, mengairi sungai seolah gerakan badai, mengisi ceruk menganga, juga mempertontonkan indahnya tarian muara.

Menikmati hujan, di batas senja yang hampir menghilang. Seakan duduk di pelataran sembari dikipasi wangi bunga-bunga yang ditumbuhkan oleh kesungguhan. Segar dan memikat.  Debar pun makin mengikat. 

Hujan memang dikemas sedemikian rupa sehingga kita baru menyadarinya setelah beberapa jeda. Meninggalkan jejak-jejak dingin dan berangin. Mengingatkan kita tentang keinginan yang pada akhirnya sering keanginan.

Memang sudah semestinya begitu. Kita ini hanya bisa berharap. Keputusan bisa saja menjauh atau mendekat. Tergantung seberapa kuat kita bertekat.

Bogor, 23 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun