Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sunyi yang Tersesat di Belantara Makna

16 September 2018   08:31 Diperbarui: 16 September 2018   08:59 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila malam ternyata berlaku khianat.  Memakamkan sunyi yang tak pernah menua.  Di dalam pusara tak berjendela.  Tiada upacara.  Tanpa bunga-bunga.  Sesungguhnya itu semua atas perintah waktu.  Menyelamatkan pendulumnya yang nyaris saja terpaku.  Pada satu angka yang dianggap sakral.  Di situlah terjadi banyak ritual.  Cara-cara menghindarkan diri dari kerinduan yang brutal.

Sunyi adalah kebisingan tak bersuara.  Mengendap-endap di ruang kepala tak berpenjaga.  Mengincar satu babak drama yang tersimpan di sana.  Berjudul "meski Tuhan menyiapkan semua secara sederhana, namun aku memilih rumit sebagai caraku menguatkan pinta"

Rasanya tak ada puisi paling sunyi yang sanggup meredakan kegaduhan.  Sekalipun genderang memulakan perang dibunyikan.  Di setiap kata-kata yang dibariskan sebagai pasukan.  Tetap saja sunyi adalah raja diraja.  Atas nama kerajaan yang disebut negeri tanpa koma.  Hanya ada satu titik yang bertahta dan mengakhiri keseluruhan hikayatnya.

Pada setiap sunyi yang tersesat di belantara makna, tak mungkin ada pura-pura yang sanggup direka agar luka baru mencari tempatnya sendiri.  Di dalam hati, atau pada mimpi yang selama ini dicari-cari.

Bogor, 16 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun