Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merunut Jejak Sunyi

15 September 2018   22:06 Diperbarui: 15 September 2018   22:17 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di malam yang membelukar.  Pada gelap yang mencakar-cakar.  Sunyi meninggalkan jejaknya yang terbakar.  Menyisakan abu.  Di ujung pendulum waktu. 

Hulu dari segala sunyi adalah hati.  Terpuruk pada kedalaman mimpi buruk.  Berulang-ulang.  Seolah elang terbang dengan sayap berpatahan.  Terjungkal.  Tepat di sarang para pemanah yang sedang menyiapkan gendewa.  Mereka sengaja memburu burung perkasa.  Sebagai simbol istimewa.  Bagi para penakluk kisah yang berbahaya.

Di malam yang makin menua.  Pendulum waktu bergerak seperti biasa.  Angka demi angka ditelusuri.  Tak peduli sekalipun ditemukan jejak-jejak sunyi.  

Hilir dari segala sunyi adalah padamnya api.  Disulut sejak mula di perapian.  Diterjang puncak angin musim dingin.  Disertai kabut yang menyemut.  Mengerumuni api seperti sepasukan ngengat sakti.  Apinya mati.  Beranak-pinaklah sunyi.

Di malam yang mulai diusung keranda.  Dinihari menyapa.  Dalam sosok doa.  Seirama dengan ketukan nada.  Ketika pendulum menyetubuhi angka.

Sampailah sunyi di peraduan.  Diiringi tembang kenangan yang menggelisahkan.  Jika sunyi ini tak segera mati, bukankah hati serasa tak berkehidupan?  Lantas bagaimana agar siap menyambut kedatangan pagi? Semua tahu pagi punya ketetapan.  Bernyanyi adalah hal yang paling diinginkan.  Bukan merunut sunyi yang jejaknya tak jelas kelihatan.

Bogor, 15 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun