Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perjalanan Kunang-kunang

18 Agustus 2018   22:16 Diperbarui: 18 Agustus 2018   22:26 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam berlari lintang pukang.  Dikejar cahaya remang-remang.  Ribuan kunang-kunang memulai perjalanan.  Menabur titik-titik api di setiap perhentian.  Pada tubuh kegelapan.

Ini bukan perjalanan biasa.  Ini adalah perjalanan menyalakan ingatan.  Hitam tak selamanya kelam.  Gelap tak selalu lebam.  Pekat bukan berarti semuanya telah tenggelam. 

Seperti janji kepulangan purnama.  Kepada hari kelimabelas yang selalu menunggunya dengan setia.  Itu ingatan terdalam yang mesti dinyalakan agar malam tak lagi terlihat biasa.

Seperti sumpah pelepah yang patah di pinggir pantai yang tertidur.  Ini kepergiannya atas perintah umur.  Selalu ada pelepah baru bagi pokok nyiur. Supaya buah yang berjatuhan kelak tetap berair seranum pujangga bertutur.  Bukan sekedar fosil tua yang ditemukan terkubur.

Seperti penantian kabut terhadap waktu yang berangin.  Dilahirkan dalam dingin.  Menyelimuti sunyi.  Menunggu pagi.  Agar dapat menyegarkan kembali embun-embun yang sehari mati.

Begitu pula hikayat perjalanan kunang-kunang.  Berjanji mentaati megahnya malam.  Menyusur keheningan lembah, ladang dan sawah.  Meniti pematang, dangau dan rumah.  Bersumpah atas nama cahaya.  Memberi terang bagi siapa saja yang terjebak gulita dalam hatinya.  Menyelesaikan penantian panjang jalan setapak yang dilupakan.  Untuk kembali dilewati saat pulang.  Menuju tempat yang disebut tujuan.

***

Bogor, 18 Agustus 2018    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun