Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi │Manusia Hidup dalam Kotak Sabun

15 Agustus 2018   08:33 Diperbarui: 15 Agustus 2018   08:58 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompasiana.com

Di dalam kotak sabun. Manusia-manusia saling berkerumun. Melamun. Rasanya tak sedikitpun mereka bercita-cita seperti ini. Hampir selalu kehilangan pagi.

Di dalam sini memang berbau wangi. Namun tak seperti wangi kemangi. Hanya bisa menyentuh luarnya pipi. Tak sampai masuk kedalaman hati.

Sinar matahari hanya lamat-lamat. Seolah kedatangannya salah alamat. Cahayanya tak lebih dari lampu senter. Serupa noktah kecil di kaca yang lumer.

Jangankan kicau merdu burung-burung. Angin yang datang bergulung-gulungpun terkurung. Di layar televisi dua puluh inchi. Tertangkap lebar mata tak lebih dari dua setengah centi. 

Hidup di dalam kotak sabun sungguhlah seperti penyamun. Harus selalu berjaga-jaga. Waktu bisa menangkap kapan saja. Dalam jeruji keterpurukan luar biasa.

Melarikan diri? Sulit sekali. Kotak ini penuh dengan labirin tali temali. Bunuh diri? Sering terjadi. Ketika kekuatan hati tak lagi sanggup menaklukkan sunyi.

KL, 15 Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun