Di setiap butir hujan. Â Terdapat masing-masing kenangan. Â Pada setiap kilaunya, memantulkan sejarah apa yang telah musnah, apa yang akan punah dan apa yang akan dilahirkan kelak oleh entah.
Di setiap butir hujan yang berpecahan. Â Rekaman masa silam berhamburan. Â Menjadi kepingan kecil teka-teki. Â Tidak semua masa silam mampu didefinisi. Â Tersusun atas rahasia. Â Semata-mata hingga tingkatan maha.
Wajah pias memucat ketika rekaman atas kenangan buruk diputar lepas. Â Lesatan memori menari-nari. Â Satu saat di balik jeruji yang memenjara hati. Â Saat lain ketika melepaskan diri dari ikatan tali yang menjerat kaki.
Kegilaan bermunculan ketika sampai pada episode cinta. Â Berlompatan bagai kera berebut buah ara. Â Di hutan yang tinggal sisa-sisa. Â Seperti juga sisa-sisa kenangan yang berebut lintasan. Â Menuju masa depan agar tak sempat terlupakan. Â Menjadi potongan fragmen yang ikut dimainkan.
Rekaman kenangan akhirnya sebagian besar tersimpan di lautan sunyi. Â Menunggangi puncak gelombang sembari menunggu matahari, membawa sebagiannya pergi.
***
KL, 14 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H