Mata pagi adalah mata bayi. Â Memandang sekeliling dari kedalaman hati. Â Semua dianggap baik-baik saja. Â Tak ada jumawa, murka maupun buruk muka. Embun adalah pembasuh sempurna untuk mata yang baru terjaga. Â Matahari adalah penghangat tiada dua bagi mata yang kelamaan dibekap malam.
Mata pagi hadir mewakili mimpi. Â Mempersiapkan apa saja bagi terjadinya sebuah peristiwa di guludan masa depan. Â Paling tidak sampai malam selanjutnya berkerumun datang.Â
Mata pagi terbuat dari anyaman jerami. Â Mudah putus jika dikalangi api.Â
Semua ini sebenarnya tentang sebuah rencana dan bagaimana cara memulai.
----
Mata senja adalah mata kamera. Â Menyorot drama apa saja yang telah dilakukan seharian. Â Apakah itu kisah tentang anak jalanan yang duduk kelaparan di bawah jembatan layang, atau rangkaian gerbong kereta api yang membawa sejumlah cita-cita yang memilih mondar mandir pergi. Â Mata senja merekam semua dengan hati-hati.
Mata senja bisa memutuskan apa saja yang hendak dibawa oleh orang-orang menuju malam. Â Apakah itu jiwa-jiwa yang patah hati, atau justru bangkitnya ruh dari orang-orang yang tak pernah menyerah pada luruh.
Mata senja terjalin dari hasil tenunan langit terhadap matahari. Â Dikenakan sebentar oleh waktu. Â Untuk kemudian disimpan lagi dalam kedalaman haru biru.
Semua ini sesungguhnya adalah bagaimana hari-hari dibesarkan. Â Melalui pengasuhan yang rumit atau menyenangkan.
Kampus Fahutan IPB, 21 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H