Kencang tersiar kabar. Â Ada sebuah kenangan yang terlantar. Â Terkunci di ruang pikiran. Â Menunggu hujan. Â Air bisa melumasi kebuntuan. Â Membuka lebar-lebar kenangan. Â Seperti terbukanya pintu bendungan. Â Meluap dan membanjiri benak. Â Meledakkan kehendak.
Apabila ternyata kenangan itu tetap saja beku. Â Maka perlu beberapa tetes cairan asam. Â Untuk meluruhkan engsel yang telah sekian lama berkarat. Menggunakan air hujan. Â Hujan sekarang mengandung asam. Â Dilahirkan oleh mendung lebam yang diramu asap ungu dan sisa ledakan mesiu.Â
Setelah kenangan itu berhasil dikeluarkan dengan hati-hati. Â Ikat erat-erat di tiangnya hati. Â Jangan biarkan melarikan diri seolah semua yang dijumpai adalah sunyi. Â Beri sekian kata pembuka semangat. Â Kenangan bisa saja dirubah menjadi harapan. Â Jika masa depan bukan dianggap permainan.
Kenangan ibarat air ketuban. Â Sebuah pertanda akan ada kelahiran. Â Dari bayi-bayi mimpi yang harus dirawat dan dibesarkan. Â Dewasa dalam bentuk keinginan.
Sebuah kenangan yang terlantar. Â Tanpa perhatian. Â Akan beralih rupa mematikan. Â Bagi gugurnya sebuah pengharapan.
Jakarta, 19 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H