Cukup satu lemparan kabut. Pagiku pasti bertekuk lutut. Aku tak lebih dari satu kali ketukan nadi. Dibandingkan darah yang mengaliri hati. Jutaan kali.
Cukup satu percikan embun. Pupus sudah segala rabun. Mata ini seringkali ditetesi racun. Setiap hari bertingkah sebagai lanun. Melihat rupa-rupa menyesatkan. Menatap hal-hal yang menghanguskan pikiran.
Cukup satu peringatan dari cuaca. Berupa hujan, badai atau pecahan petir. Aku seperti bumi. Mesti menerima dengan senang hati. Ini adalah sebuah kepastian. Tidak pada tempatnya melakukan penolakan.
Cukup satu kali saja. Kau bersembunyi dariku. Menyusup di padang ilalang. Melenyapkan diri seolah kunang-kunang. Di waktu siang. Aku terluka oleh lengan tajamnya. Termasuk juga tersesat sebab tiada cahaya.
Aku, irisan kecil dari debu
Melayang dengan arah tak tentu
Dibawa angin kemanapun pergi
Berhenti hanya jika anginnya mati
Aku, adalah abu dari waktu
Dari tungku yang dibakar mau
Segera lenyap tak berbekas
Begitu nyala api beranjak tuntas
Bogor, 15 Juli 2018