Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjerang Matahari

2 Juli 2018   11:23 Diperbarui: 2 Juli 2018   11:37 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku lihat.  Matahari sedang tumbuh di pipimu. Kemungkinan kau sedang menjerang masa lalu.  Memanaskannya untuk persiapan menghadapi pertengkaran dengan waktu. Kau tidak terima waktu menelikungmu begitu rupa.  Sehingga kau terjebak dalam kerumitan yang membuatmu sakit kepala.

Kau mesti ingat satu hal.  Masa kini adalah masa lalu untuk esok hari.  Sedangkan masa depan adalah masa kini yang sedang dipersiapkan untuk entah kapan.  Oleh karena itu berdamailah dengan waktu.  Hanya waktu yang mampu menggiring bahagia ke arahmu.

Sekarang apa?  Sudahkah tuntas masa lalu yang kau didihkan?  Aku bisa membantumu dengan menjerang matahari milikku.  Supaya semakin cepat kau tahu seperti apa rasa sembilu.

Jika semua sudah usai.  Duduklah di balai-balai.  Perhatikan apakah matahari tak kurang suatu apa.  Karena kita berdua menjerangnya sepagian.  Dan tidak memberinya kesempatan untuk mendinginkan.

Bogor, 2 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun