Rindu itu. Tak ubahnya sisi tajam dari batu. Menggores kesendirian. Di setiap ketenangan sungai yang meliuk cepat menghindari jeram. Di situ tercipta buih-buih putih. Ibarat sunyi yang merintih-rintih.
Waktu itu. Persis seperti air. Selalu mengalir. Â Melewati alur yang dibuatnya sendiri. Menuju muara yang lazim disebut masa.
Rindu dan waktu enggan bersekutu. Berusaha saling menghindar. Sebab saat rindu datang. Waktu lalu berubah lintang pukang.
Rindu dan waktu adalah dua sisi yang berlainan. Rindu tak mengenal waktu. Sementara waktu seringkali meniadakan rindu.
Apabila rindu dan waktu dipaksakan bergandengan tangan. Akibatnya seperti ranting dan dahan yang kekeringan. Berpatahan. Saling mematahkan.
Biarkan rindu berjalan sendiri. Menyusuri lorong-lorong yang dibuat oleh hati. Sedangkan waktu, biarlah dia menekuni angka demi angka. Seperti layaknya perhitungan matematika.
Pelalawan, 6 Juni 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H