Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu dan Waktu

6 Juni 2018   23:43 Diperbarui: 6 Juni 2018   23:49 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu itu. Tak ubahnya sisi tajam dari batu. Menggores kesendirian. Di setiap ketenangan sungai yang meliuk cepat menghindari jeram. Di situ tercipta buih-buih putih. Ibarat sunyi yang merintih-rintih.

Waktu itu. Persis seperti air. Selalu mengalir.  Melewati alur yang dibuatnya sendiri. Menuju muara yang lazim disebut masa.

Rindu dan waktu enggan bersekutu. Berusaha saling menghindar. Sebab saat rindu datang. Waktu lalu berubah lintang pukang.

Rindu dan waktu adalah dua sisi yang berlainan. Rindu tak mengenal waktu. Sementara waktu seringkali meniadakan rindu.

Apabila rindu dan waktu dipaksakan bergandengan tangan. Akibatnya seperti ranting dan dahan yang kekeringan. Berpatahan. Saling mematahkan.

Biarkan rindu berjalan sendiri. Menyusuri lorong-lorong yang dibuat oleh hati. Sedangkan waktu, biarlah dia menekuni angka demi angka. Seperti layaknya perhitungan matematika.

Pelalawan, 6 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun