Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Bahasa Senja kepada Malam

2 Juni 2018   21:53 Diperbarui: 3 Juni 2018   17:11 1921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja terjaga. Membuka mata. Menyiapkan kata-kata; ini persembahanku satu-satunya. Bagi hari-hari yang kehausan. Kelaparan. Dan berkelindannya dendam.

Malam mencekam. Matanya terpejam. Meniupkan kusam; ini warna kebanggaanku. Untuk lelap yang rajin kau jamu. Pada rindu. Sendu. Dan bekas sayatan sembilu.

Dua fase waktu. Bertemu di bawah temaram bulan. Mengadakan perjanjian. Siapa yang lebih keliru. Dalam menerjemahkan tafsir. Pada masing-masing takdir.

Sesungguhnya senja adalah perbatasan. Antara keinginan dan harapan. Ingin menjumpai lelap. Dan berharap tidak terjatuh dalam senyap. 

Seperti bahasa hujan terhadap lautan yang menjadikannya awan. Senjapun punya bahasa yang hampir sama terhadap malam yang menjadikannya pintu gerbang.

Seperti kata-kata pucuk cemara terhadap angin yang menggerakkannya ke empat penjuru. Menyaksikan lembah yang membisu. Tapi diramaikan oleh kabut yang membawa serta haru biru.

Bogor, 2 Juni 2018 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun