Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lima Keajaiban

2 Juni 2018   00:16 Diperbarui: 2 Juni 2018   00:54 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berikrar sumpah setia kepada Yang Satu

agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku

tapi kita sama-sama separuh merah dan separuh putih

di negara yang di kelilingi cincin api dan samudera yang tak henti berbuih

Kita adalah manusia berperadaban

bukan pecinta kekacauan

kezaliman tidak ada dalam kosakata

sebab kita hidup di negara yang dipenuhi cinta

Kita adalah jutaan lidi yang disatukan

bukan lilin yang dinyalakan sendirian

kita memilih untuk bersama-sama menjadi matahari

menerangi negara yang ratusan tahun dilukai

Kita semua berdarah rakyat

membariskan diri dengan hikmat

di tengah terik maupun badai mengancam

kita tidak ditakdirkan untuk jerih terhadap kelam

Satu piring disajikan

kita makan beramai-ramai seperti sebuah perjamuan

tidak boleh ada satu kekenyangan

melindas yang lain sedang kelaparan

Lima keajaiban

di negeri yang ditumbuhi mimpi berantakan

disusun ulang dengan tulang-tulang

dan biji mata yang tak pernah lekang

Bogor, 1 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun