Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Janji dan Sumpah Langit terhadap Bumi

22 Mei 2018   02:53 Diperbarui: 22 Mei 2018   17:12 2086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Langit memunguti jejak-jejak hujan. Seharian. Disimpannya lagi buat besok pagi. Bumi masih membutuhkannya setengah mati. 

Bulan masih sangat belia. Dirawat oleh garis batas semesta yang buta. Merangkak bersama waktu. Menumbuhi penanggalan dengan segala ketetapan. 

Janji langit terhadap bumi. Adalah memberi pagi yang istimewa,  siang yang sederhana, dan malam yang menghindarkan dari durjana. 

Sumpah langit terhadap bumi. Adalah menjaganya sekuat tenaga. Agar gunung meletus pada tempatnya. Lautan membadai pada waktunya. Musim bergantian datang tanpa kekacauan. 

Janji dan sumpah kemudian diramu menjadi cuaca. Ramah dan bersahabat. Bukan bencana ataupun kiamat. 

Janji dan sumpah lalu diberi tanda baca dalam bentuk koma. Sebagai pengatur laku. Jangan sampai waktu disia-siakan seperti sungai terhadap batu-batu. Menyingkirkannya ke pinggir untuk memberi jalan bagi banjir. Kemudian setelahnya batu-batu itu menjadi tiang peringatan semacam menhir.

Jakarta, 21 Mei 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun