didorong cuaca
kemarau di ujung mata
begitu juga kehausan
mulai merajam tenggorokan
Ketika bumi dan pagi digambar secara bersamaan
seolah pasangan sedang berbulan madu di keramaian
bisikan cinta menjadi tawar menawar
siapa nanti yang lebih dulu mengasinkan garam
di riuh rendah badai lautan
Ketika langit dan pagi dijadikan puisi
syairnya begitu sempurna mengisi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!