Raja tersadar. Menatap bingung ke arah Citra lalu ke lukisan yang lenyap bergantian. Raja teringat sesuatu. Gadis yang baru dikenalnya ini bernama Dyah Pitaloka Citra Resmi. Persis nama panjang puteri Galuh Pakuan yang bunuh diri di hikayat Perang Bubat tempo dulu.
Meski masih dalam kondisi setengah kebingungan, Raja memberanikan diri menggandeng Citra. Menariknya keluar ruangan dengan tergesa karena dilihatnya mata direktur museum mulai memandang wajah Citra penuh selidik. Â Gawat! Pikir Raja.
Citra hanya tersenyum tipis ketika Raja setengah berlari menyeretnya keluar museum. Direktur museum mengikuti terus dengan ujung matanya. Â Mengambil HP dari sakunya dan menelepon seseorang.
------
Raja melambaikan tangannya ke arah taksi yang kebetulan lewat di depan mereka. Pintu taksi terbuka. Raja mendorong Citra segera masuk lalu menyorongkan pantat di jok belakang. Taksi melaju dengan cepat setelah Raja memberi isyarat dengan tangannya.
Bersamaan pula dengan berlariannya beberapa orang dari museum sambil berteriak-teriak,
"Stop!...heiiii stop! Hentikan taksi itu!" Â Namun taksi yang ditumpangi Raja dan Citra telah lenyap dari pandangan di lalu lintas yang cukup lengang.
Direktur museum mengambil nafas panjang lalu meraih lagi HP-nya, menekan sebuah nomor dan berkata lirih,
"Mada, sepertinya tuah manuskrip kuno itu mulai terjadi. Â Hati-hati. Â Pertahankan sejarah sebisamu kawan..."
Di seberang, lawan bicaranya hanya mendengus berat.
-----