Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reinkarnasi (Bab 2)

6 Mei 2018   11:05 Diperbarui: 6 Mei 2018   11:12 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku haus Raja.  Bisakah kita pesan sesuatu untuk diminum?" Citra terkesan menghindar untuk menjawab.

Raja mengangguk.  Menelan rasa penasaran yang masih berkobar di hatinya.  Dipanggilnya pelayan yang sedari tadi menunggu dengan setia di sudut sambil memegang buku menu.

------

Direktur Museum duduk berhadapan dengan seorang laki-laki tinggi besar berperawakan gagah. 

Laki-laki itu membuka pembicaraan,

"Direktur Suma, manuskrip kuno itu sekarang sama siapa?  Terus disimpan di mana?" suaranya terdengar berat.

Direktur Suma menghela nafas. Tidak langsung menjawab namun malah menghampiri meja kerjanya dan membuka laci. Diambilnya sebuah piagam.

"Ada di perkumpulan ini Mada.  Disimpan di sebuah rumah di Puncak Bogor. Tempatnya sangat dirahasiakan oleh mereka. Aku tidak termasuk dalam lingkaran dalam mereka.  Jadi tidak tahu persis di mana letak rumah itu," panjang lebar Direktur Suma menjelaskan.

Laki-laki yang dipanggil Mada membaca piagam yang terlihat cukup tua itu dengan seksama.  Trah Pakuan tertulis sangat jelas di piagam tersebut.  Dikembalikannya piagam sambil berdiri.

"Direktur Suma tidak perlu terlalu risau saat ini.  Jangan sampai perkumpulan itu tahu bahwa lukisan Putri telah muksa di museum ini.  Keadaan akan makin gaduh jika mereka tahu.  Apalagi kalau sampai Situs Bubat berhasil ditemukan.  Sejarah bisa dibalik dan masa ini akan menjadi chaos."  Setelah menyelesaikan kalimatnya Mada langsung bersalaman mohon diri kepada Direktur Suma.

------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun