"Aku haus Raja. Â Bisakah kita pesan sesuatu untuk diminum?" Citra terkesan menghindar untuk menjawab.
Raja mengangguk. Â Menelan rasa penasaran yang masih berkobar di hatinya. Â Dipanggilnya pelayan yang sedari tadi menunggu dengan setia di sudut sambil memegang buku menu.
------
Direktur Museum duduk berhadapan dengan seorang laki-laki tinggi besar berperawakan gagah.Â
Laki-laki itu membuka pembicaraan,
"Direktur Suma, manuskrip kuno itu sekarang sama siapa? Â Terus disimpan di mana?" suaranya terdengar berat.
Direktur Suma menghela nafas. Tidak langsung menjawab namun malah menghampiri meja kerjanya dan membuka laci. Diambilnya sebuah piagam.
"Ada di perkumpulan ini Mada. Â Disimpan di sebuah rumah di Puncak Bogor. Tempatnya sangat dirahasiakan oleh mereka. Aku tidak termasuk dalam lingkaran dalam mereka. Â Jadi tidak tahu persis di mana letak rumah itu," panjang lebar Direktur Suma menjelaskan.
Laki-laki yang dipanggil Mada membaca piagam yang terlihat cukup tua itu dengan seksama. Â Trah Pakuan tertulis sangat jelas di piagam tersebut. Â Dikembalikannya piagam sambil berdiri.
"Direktur Suma tidak perlu terlalu risau saat ini. Â Jangan sampai perkumpulan itu tahu bahwa lukisan Putri telah muksa di museum ini. Â Keadaan akan makin gaduh jika mereka tahu. Â Apalagi kalau sampai Situs Bubat berhasil ditemukan. Â Sejarah bisa dibalik dan masa ini akan menjadi chaos." Â Setelah menyelesaikan kalimatnya Mada langsung bersalaman mohon diri kepada Direktur Suma.
------