Hari-hari nyaris selalu memelintir hati
Berganti dari bunyi ke sepi
Atau sebaliknya
Kegaduhan hanya suara-suara yang terpanggang kepanasan
Bukan saja karena matahari
Namun lebih banyak oleh sebab-sebab sunyi
Hari ini mungkin menjadi algojo
Menggantung keinginan yang berkobar
Memenggal harapan dengan kejam
Meracuni mau menjadi tabu
Tak ada yang tahu
Keputusan apakah hari memburuk atau membusuk
Bukan karena lecutan cambuk
Atau ucapan-ucapan teruk
Tapi pada sejauh apa bisa menerimanya
Cukup di mata
Atau menyinggahi telinga
Atau bahkan jauh masuk dalam dada
Selalu masih ada esok
Jika hari ini memutuskan untuk memborok
Hari adalah bagian kecil dari waktu
Dibawa oleh detaknya yang mengharu biru
Atau malah berlomba layaknya kuda pacu
Sebuah kalimat purba mungkin bisa berguna
"jika hari ini adalah kemarin bagi esok, maka sesungguhnya esok akan selalu ada bagi siapa saja. Â Tak peduli esoknya berbunga atau berairmata. Â Tergantung bagaimana hari ini diperlakukan. Â Apakah bercocok tanam atau mengumpulkan duka."
Jakarta, 4 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H